PERBANDINGAN KOTA BATU YANG DAHULU DAN YANG SEKARANG
HILANGNYA POHON-POHON BESAR DI KAWASAN BATU
PENDAHULUAN
Arti Penting Pohon bagi
kehidupan.
Semua orang pasti tahu apa arti
penting pohon bagi dunia dan bagi kehidupan kita, akan tetapi berapa banyak orang
yang sadar apa sih sebenarnya arti pohon bagi kehidupan kita? Memberi oksigen,
Mencegah banjir, Mencegah longsor dan sebagainya.. itu didalam percakapan dan
debat-debat kita.. tetapi faktanya ? saat semua tau bahwa pohon itu pemberi
oksigen bagi kita, masih banyak juga yang menebangnya, kita semua tau bahwa
pohon dapat mencegah banjir tetapi masih banyak juga pohon yang mengaliri
sungai-sungai kita, semua tau bahwa pohon bisa mencegah longsoran tetapi masih
banyak juga yang cuek terhadap kegunaan pohon di pinggiran sungai dan tebing.
Apa sih kegunaan pohon bagi kita? Sudahkah kita mengerti sepenuhnya? Atau hanya
sekedar tau bahwa pohon itu penting? Atau hanya untuk memenuhi memori di otak
kita? Sudah saatnya berbuat. Gak zaman lagi berkata tanpa ada perbuatan.
PEMBAHASAN
Kota Batu merupakan daerah otonom
yang termuda di Provinsi Jawa Timur, terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu :
Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Luas wilayah secara
keseluruhan sekitar 19.908,72 ha atau 0,42 persen dari total luas Jawa Timur. Secara topografi daerah
lereng dan berbukit memiliki proporsi lebih luas dibandingkan dengan daerah
dataran. Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7044', 55,11’
sampai dengan 8026',35,45’ Lintang Selatan dan 122017',10,90’ sampai dengan
122057',00,00’ Bujur Timur. Batas Kota Batu adalah : Sebelah Utara Kecamatan
Prigen Kabupaten Mojokerto, Sebelah Selatan Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang, Sebelah Timur Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Dau
Kabupaten Malang dan sebelah Barat Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
Terdapat tiga gunung yang
mengapit Kota Batu yaitu Gunung
Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno
(3.339 meter). Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena
jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota
Batu.Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) jenis tanah yaitu : Andosol, Kambisol, Alluvial, Latosol. Sedangkan
kondisi hidrologinya banyak dipengaruhi oleh sungai yang mengalir di pusat Kota
yaitu Sungai Brantas dan sumber mata air tanah yang cukup melimpah.
Sebagai daerah yang bertopografi
perbukitan, Kota Batu memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga
banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam
pegunungan. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan
Kota Batu terkenal sebagai daerah berhawa sejuk dan dingin.
Dilihat ketinggiannya, wilayah
Kota Batu dibedakan menjadi enam kategori yaitu mulai dari 600 MDPL sampai
dengan lebih dari 3000 MDPL Dari enam kategori tersebut wilayah yang paling
luas berada pada ketinggian 1000-1500 MDPL yaitu seluas 6.493,64 ha.Kemiringan
lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari peta kontur Bakosurtunal tahun
2001 diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kota Batu mempunyai kemiringan
sebesar 25-40 % dan kemiringan >40 %.
Perbandingan Kota Batu yang Dulu
dengan Sekarang
Mengunjungi Kota Batu sepuluh
tahun yang lalu boleh di bilang masih menyisakan suasana yang menyenangkan.
Udaranya masih bersih, sejuk, dingin, dan kadang disertai dengan kabut yang
lembut. Begitu sejuknya sampai-sampai ada yang mengatakan Kota Batu dilengkapi
penyejuk udara (air conditioner) yang luas, “AC alam” istilah sederhananya.
Memang Batu berada di dataran tinggi, di bawah kaki gunung Panderman dan
Arjuno. Pesona daerah pegunungan begitu indah dan mempesona, maka tidak heran
Batu menjadi daerah wisata yang banyak dikunjungi.
Keberadaan tempat wisata di Batu
cukup beragam mulai yang alami sampai yang buatan. Berapa air terjun terdapat
di sana, yang cukup terkenal adalah air terjun Coban Rais dan Coban Talun.
Sedangkan air terjun yang sering dikunjungi adalah Coban Rondo di Pujon, yang masuk
wilayah Kabupaten Malang, yang letaknya tidak jauh dari Kota Batu. Coban Rondo
sering dikunjungi karena mudahnya berada di jalur utama dan mudahnya akses
jalan. Untuk yang buatan, Selecta dan wahana Jatim Park 1 dan 2 menjadi rujukan
saat ini. Selain itu ada juga wisata alam di kebun apel, jeruk, serta yang
menantang terbang dengan paralayang di udara dan wisata arung jeram yang sangat
menghibur. Maka keberadaan tempat penginapan seperti villa dan hotel akan jamak
dijumpai, mulai kelas biasa sampai -yang cukup- berbintang.
Mengunjungi Kota Batu saat ini
suasana begitu berubah, kesejukan udaranya mulai berkurang. Udaranya sudah
terasa panas, hanya sedikit menyisakan “rasa dingin”. Kalau dahulu memakai
jaket atau sweeter adalah suatu yang biasa, saat ini malah boleh di bilang
cukup gerah. Kota Batu rupanya mengikuti jejak “saudara tuanya” kota Malang
yang dahulu juga terkenal sebagai kota sejuk, saat ini hawanya beda-beda tipis
dengan Surabaya. Rasa dingin masih dapat dinikmati bila kebetulan sedang membasuh
muka atau badan kita dengan air, selebihnya seperti biasa saja.
Mendapati Kota Batu yang berada
di daerah pegunungan jika tidak terasa sejuk merupakan suatu keadaan yang
janggal. Daerah dataran tinggi merupakan identik dengan kesejukan dan rasa
dingin. Kondisi Batu saat ini memang demikian, ”AC alam” yang dahulu dapat
didapati dengan mudah dan murah. Saat ini jika mengiinginkan rasa sejuk perlu
kiranya suatu ruangan dilengkapi dengan AC buatan. Keadaan ini cukup
mengkhawatirkan, sama halnya kekhawatiran Kota Bandung yang sudah lama
dirasakan.
Kondisi tersebut banyak
dipengaruhi beberapa faktor yang cukup komplek dan rumit. Adanya pemanasan
global (global warming) dapat di sebut kambing hitam selain adanya cuaca
ekstrem, di belahan dunia lain saja es sudah mulai mencair apalagi hanya
sekedar berkurangnya kesejukan suatu daerah, dapat menjadi alasan masuk akal.
Tetapi bila ditelaah lebih dalam lagi, kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh
berkurangnya pepohonan dan beralih fungsinya lahan pertanian menjadi perumahan
atau yang lain.
Semenjak statusnya menjadi kota
sendiri, yang sebelumnya kota administratif dan dahulunya adalah kota kecil
kecamatan, Batu mulai menggeliat menuju kota yang kian berkembang. Sebagai
daerah wisata utama di Jawa Timur, mulai berbenah dan terus membangun
wilayahnya. Pembangunan hotel , villa dan tempat wisata terus di terus
bertambah. Efek perekonomian yang kian baik menyebabkan banyak pula bertambah
tempat pembelanjaan seperti, perumahan, mal, ruko serta area komersial lainnya.
Hanya saja pembangunan itu boleh
dibilang kurang memperhatikan aspek tata ruang kota yang rapi, yang mana banyak
mengesampingkan faktor keindahan kota dan lingkungan. Akibatnya Batu yang
dahulu di sisi jalan banyak pepohonan, sekarang banyak ditebang. Demikian pula
lahan yang terdapat banyak pohon rimbum semakin berkurang akibat pembangunan
tempat wisata, hotel ataupun villa. Hilangnya beberapa pepohonan yang mampu
membuat rindang dan adem itu semakin membuat Batu kian terasa gersang dan
panas.
Kita semua mengharapkan Batu
dapat kembali kepada suasana seperti dahulu lagi, setidaknya tidak bertambah parah seperti saat ini.
Kembali kepada Batu yang alami dan asli, ibarat seorang gadis desa yang
kecantikannya natural dan tanpa polesan. Batu saat ini memang cukup cantik
hanya saja kecantikannya itu hanya polesan, bahkan di sana-sini kadang tampak
“menor”. Mengunjungi Batu memang karena keunikannya, tujuannya bisa sekedar
refreshing, menikmati pemandangan yang indah, dan tentu saja hawa pengunungan
yang sejuk.
Rasanya belum terlambat untuk
berbenah dan intropeksi diri. Peran pemerintah kota di sini cukup beranti
disamping partisipasi dari masyarakat. Perizinan alih lahan perlu diatur bahkan
diperketat dengan tidak mengesampingkan kepentingan bersama. Stop penebangan pohon,
bila perlu ditambah pepohonan dan menjalankan program reboisasi. Dengan
demikian mudah-mudahan akan terciptanya suasana yang sejuk, tidak hanya
udaranya tetapi juga di hati.
Dampak negatif dari penebangan
pohon :
1. Sumber –sumber air di daerah wisata batu
semakin berkurang, sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih di daerah
tersebut dan daerah-daerah dataran rendah disekitarnya. Contohnya saja didaerah
wisata cuban rondo. Debit air semakin berkurang dari waktu ke waktu.
2. Dapat menyebabkan tanah longsor,
diakibatkan karena tidak adanya pohon yang dapat meresapkan air pada waktu
hujan sehingga air hujan langsung ketanah lalu mengakibatkan pengikisan tanah
akhirnya tanah bisa longsor.
3. Suhu udara di daerah wisata batu semakin
panas karena oksigen telah berkurang akibat digunakan untuk tujuan bisnis atau
komersil serta;
4. Mengakibatkan degradasi lingkungan di
daerah lereng gunung, berkurangnya unsur hara dalam tanah, menyebabkan polusi
udara karena berkurangnya pohon di tempat wisata tersebut.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kota wisata Batu merupakan kawsan
yang nyaman untuk dikujungi karna pemandangannya yang indah serta udara yang
menyejukan, namun dari waktu ke waktu daerah tersebut mengalami degradasi
lingkungan. Disebabkan pembangunan kota wisata yang tidak memikirkan kondisi
lingkungannya terutama keberadaan pohon-pohon. Banyak pohon yang ditebangi
untuk digantikan tanaman hias atau tanaman produksi, padahal fungsi pohon
tersebut sebagai keseimbagan lingkunagan biotik maupun abiotik.
Akibat dari berkurangnya poon di
kawasan batu akibat digantingan dengan tanaman lain mengakibatkan berbagai
dampak negatif, salah satu diantaranya adalah kelangkaan air di kawasan
tersebut dan kawasan lain yang datarannya lebih rendah karena tidak ada lagi
pohon yang bisa menyerap air ketika hujan, jadi air langsung mengalir ke sungai
dan tidak ada cadangan air pada saat musim kemarau. Akibat dari kekeringan maka
air bersih di daerah dataran rendah semakin mahal dan yang pasti mempengaruhi kondisi sosial masyarakat.
Dalam geografi hal tersebut adalah sebagai contoh dari konsep keterkaian
ruangan.
Saran :
Bagi Pemerintah :
1. Membuat peraturan tentang tata wilayah
kawasan wisata yang berorientasi terhadap lingkungan hidup.
2. Membuat lahan khusus untuk area penanaman
pohon sebagai penyerap air hujan dan penghasil oksigen.
3. Melakukan reboisasi dan penghijauan di
area hutan dan area wisata.
Bagi Pengelola usaha
1. Di harapkan bagi pengelola wisata untuk
tidak menebang pohon yang besar dan
menancapkan paku agar pohon tersebut terlihat lebih alami dan tidak mengganggu
pertumbuhan pohon.
2. Di harapkan bagi pengelola wisata
menghiasi pohon-pohon besar dengan aneka lampu hias agar pengunjung senang dan
tidak merusak pepohonan.
Bagi Warga Sekitar Tempat Wisata
1. Menanam tanaman dengan menggunakan metode
polikultur.
2. Menanam pohon pinus atau pohon lain di
sela-sela area perkebunan yang kosong.
3. Menanam pohon di pinggiran jalan karena
di pinggir jalan rawan getaran sehingga menguraangi resiko longsor.
DAFTAR PUSTAKA
S, Hery, 2012. “AC Alam” di Batu
Semoga Tidak Menjadi Kenangan. Online,
(http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/05/06/%E2%80%9Cac-alam%E2%80%9D-di-batu-semoga-tidak-menjadi-kenangan/,
diakses 10 November 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar