Senin, 19 September 2016

PERBANDINGAN KOTA BATU YANG DAHULU DAN YANG SEKARANG

PERBANDINGAN KOTA BATU YANG DAHULU DAN YANG SEKARANG

HILANGNYA POHON-POHON BESAR DI KAWASAN BATU

PENDAHULUAN
Arti Penting Pohon bagi kehidupan.
Semua orang pasti tahu apa arti penting pohon bagi dunia dan bagi kehidupan kita, akan tetapi berapa banyak orang yang sadar apa sih sebenarnya arti pohon bagi kehidupan kita? Memberi oksigen, Mencegah banjir, Mencegah longsor dan sebagainya.. itu didalam percakapan dan debat-debat kita.. tetapi faktanya ? saat semua tau bahwa pohon itu pemberi oksigen bagi kita, masih banyak juga yang menebangnya, kita semua tau bahwa pohon dapat mencegah banjir tetapi masih banyak juga pohon yang mengaliri sungai-sungai kita, semua tau bahwa pohon bisa mencegah longsoran tetapi masih banyak juga yang cuek terhadap kegunaan pohon di pinggiran sungai dan tebing. Apa sih kegunaan pohon bagi kita? Sudahkah kita mengerti sepenuhnya? Atau hanya sekedar tau bahwa pohon itu penting? Atau hanya untuk memenuhi memori di otak kita? Sudah saatnya berbuat. Gak zaman lagi berkata tanpa ada perbuatan.

PEMBAHASAN
Kota Batu merupakan daerah otonom yang termuda di Provinsi Jawa Timur, terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Luas wilayah secara keseluruhan sekitar 19.908,72 ha atau 0,42 persen dari total  luas Jawa Timur. Secara topografi daerah lereng dan berbukit memiliki proporsi lebih luas dibandingkan dengan daerah dataran. Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7044', 55,11’ sampai dengan 8026',35,45’ Lintang Selatan dan 122017',10,90’ sampai dengan 122057',00,00’ Bujur Timur. Batas Kota Batu adalah : Sebelah Utara Kecamatan Prigen Kabupaten Mojokerto, Sebelah Selatan Kecamatan Dau dan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, Sebelah Timur Kecamatan Karang Ploso dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan sebelah Barat Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
Terdapat tiga gunung yang mengapit  Kota Batu yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter). Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota Batu.Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis tanah yaitu : Andosol, Kambisol, Alluvial, Latosol. Sedangkan kondisi hidrologinya banyak dipengaruhi oleh sungai yang mengalir di pusat Kota yaitu Sungai Brantas dan sumber mata air tanah yang cukup melimpah.
            Sebagai daerah yang bertopografi perbukitan, Kota Batu memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu terkenal sebagai daerah berhawa sejuk dan dingin.
Dilihat ketinggiannya, wilayah Kota Batu dibedakan menjadi enam kategori yaitu mulai dari 600 MDPL sampai dengan lebih dari 3000 MDPL Dari enam kategori tersebut wilayah yang paling luas berada pada ketinggian 1000-1500 MDPL yaitu seluas 6.493,64 ha.Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari peta kontur Bakosurtunal tahun 2001 diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kota Batu mempunyai kemiringan sebesar 25-40 % dan kemiringan >40 %.

Perbandingan Kota Batu yang Dulu dengan Sekarang
Mengunjungi Kota Batu sepuluh tahun yang lalu boleh di bilang masih menyisakan suasana yang menyenangkan. Udaranya masih bersih, sejuk, dingin, dan kadang disertai dengan kabut yang lembut. Begitu sejuknya sampai-sampai ada yang mengatakan Kota Batu dilengkapi penyejuk udara (air conditioner) yang luas, “AC alam” istilah sederhananya. Memang Batu berada di dataran tinggi, di bawah kaki gunung Panderman dan Arjuno. Pesona daerah pegunungan begitu indah dan mempesona, maka tidak heran Batu menjadi daerah wisata yang banyak dikunjungi.
Keberadaan tempat wisata di Batu cukup beragam mulai yang alami sampai yang buatan. Berapa air terjun terdapat di sana, yang cukup terkenal adalah air terjun Coban Rais dan Coban Talun. Sedangkan air terjun yang sering dikunjungi adalah Coban Rondo di Pujon, yang masuk wilayah Kabupaten Malang, yang letaknya tidak jauh dari Kota Batu. Coban Rondo sering dikunjungi karena mudahnya berada di jalur utama dan mudahnya akses jalan. Untuk yang buatan, Selecta dan wahana Jatim Park 1 dan 2 menjadi rujukan saat ini. Selain itu ada juga wisata alam di kebun apel, jeruk, serta yang menantang terbang dengan paralayang di udara dan wisata arung jeram yang sangat menghibur. Maka keberadaan tempat penginapan seperti villa dan hotel akan jamak dijumpai, mulai kelas biasa sampai -yang cukup- berbintang.
Mengunjungi Kota Batu saat ini suasana begitu berubah, kesejukan udaranya mulai berkurang. Udaranya sudah terasa panas, hanya sedikit menyisakan “rasa dingin”. Kalau dahulu memakai jaket atau sweeter adalah suatu yang biasa, saat ini malah boleh di bilang cukup gerah. Kota Batu rupanya mengikuti jejak “saudara tuanya” kota Malang yang dahulu juga terkenal sebagai kota sejuk, saat ini hawanya beda-beda tipis dengan Surabaya. Rasa dingin masih dapat dinikmati bila kebetulan sedang membasuh muka atau badan kita dengan air, selebihnya seperti biasa saja.
Mendapati Kota Batu yang berada di daerah pegunungan jika tidak terasa sejuk merupakan suatu keadaan yang janggal. Daerah dataran tinggi merupakan identik dengan kesejukan dan rasa dingin. Kondisi Batu saat ini memang demikian, ”AC alam” yang dahulu dapat didapati dengan mudah dan murah. Saat ini jika mengiinginkan rasa sejuk perlu kiranya suatu ruangan dilengkapi dengan AC buatan. Keadaan ini cukup mengkhawatirkan, sama halnya kekhawatiran Kota Bandung yang sudah lama dirasakan.
Kondisi tersebut banyak dipengaruhi beberapa faktor yang cukup komplek dan rumit. Adanya pemanasan global (global warming) dapat di sebut kambing hitam selain adanya cuaca ekstrem, di belahan dunia lain saja es sudah mulai mencair apalagi hanya sekedar berkurangnya kesejukan suatu daerah, dapat menjadi alasan masuk akal. Tetapi bila ditelaah lebih dalam lagi, kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh berkurangnya pepohonan dan beralih fungsinya lahan pertanian menjadi perumahan atau yang lain.
Semenjak statusnya menjadi kota sendiri, yang sebelumnya kota administratif dan dahulunya adalah kota kecil kecamatan, Batu mulai menggeliat menuju kota yang kian berkembang. Sebagai daerah wisata utama di Jawa Timur, mulai berbenah dan terus membangun wilayahnya. Pembangunan hotel , villa dan tempat wisata terus di terus bertambah. Efek perekonomian yang kian baik menyebabkan banyak pula bertambah tempat pembelanjaan seperti, perumahan, mal, ruko serta area komersial lainnya.
Hanya saja pembangunan itu boleh dibilang kurang memperhatikan aspek tata ruang kota yang rapi, yang mana banyak mengesampingkan faktor keindahan kota dan lingkungan. Akibatnya Batu yang dahulu di sisi jalan banyak pepohonan, sekarang banyak ditebang. Demikian pula lahan yang terdapat banyak pohon rimbum semakin berkurang akibat pembangunan tempat wisata, hotel ataupun villa. Hilangnya beberapa pepohonan yang mampu membuat rindang dan adem itu semakin membuat Batu kian terasa gersang dan panas.
Kita semua mengharapkan Batu dapat kembali kepada suasana seperti dahulu lagi, setidaknya  tidak bertambah parah seperti saat ini. Kembali kepada Batu yang alami dan asli, ibarat seorang gadis desa yang kecantikannya natural dan tanpa polesan. Batu saat ini memang cukup cantik hanya saja kecantikannya itu hanya polesan, bahkan di sana-sini kadang tampak “menor”. Mengunjungi Batu memang karena keunikannya, tujuannya bisa sekedar refreshing, menikmati pemandangan yang indah, dan tentu saja hawa pengunungan yang sejuk.
Rasanya belum terlambat untuk berbenah dan intropeksi diri. Peran pemerintah kota di sini cukup beranti disamping partisipasi dari masyarakat. Perizinan alih lahan perlu diatur bahkan diperketat dengan tidak mengesampingkan kepentingan bersama. Stop penebangan pohon, bila perlu ditambah pepohonan dan menjalankan program reboisasi. Dengan demikian mudah-mudahan akan terciptanya suasana yang sejuk, tidak hanya udaranya tetapi juga di hati.
Dampak negatif dari penebangan pohon :
1.      Sumber –sumber air di daerah wisata batu semakin berkurang, sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih di daerah tersebut dan daerah-daerah dataran rendah disekitarnya. Contohnya saja didaerah wisata cuban rondo. Debit air semakin berkurang dari waktu ke waktu.
2.      Dapat menyebabkan tanah longsor, diakibatkan karena tidak adanya pohon yang dapat meresapkan air pada waktu hujan sehingga air hujan langsung ketanah lalu mengakibatkan pengikisan tanah akhirnya tanah bisa longsor.
3.      Suhu udara di daerah wisata batu semakin panas karena oksigen telah berkurang akibat digunakan untuk tujuan bisnis atau komersil serta;
4.      Mengakibatkan degradasi lingkungan di daerah lereng gunung, berkurangnya unsur hara dalam tanah, menyebabkan polusi udara karena berkurangnya pohon di tempat wisata tersebut.



PENUTUP

KESIMPULAN
Kota wisata Batu merupakan kawsan yang nyaman untuk dikujungi karna pemandangannya yang indah serta udara yang menyejukan, namun dari waktu ke waktu daerah tersebut mengalami degradasi lingkungan. Disebabkan pembangunan kota wisata yang tidak memikirkan kondisi lingkungannya terutama keberadaan pohon-pohon. Banyak pohon yang ditebangi untuk digantikan tanaman hias atau tanaman produksi, padahal fungsi pohon tersebut sebagai keseimbagan lingkunagan biotik maupun abiotik.
Akibat dari berkurangnya poon di kawasan batu akibat digantingan dengan tanaman lain mengakibatkan berbagai dampak negatif, salah satu diantaranya adalah kelangkaan air di kawasan tersebut dan kawasan lain yang datarannya lebih rendah karena tidak ada lagi pohon yang bisa menyerap air ketika hujan, jadi air langsung mengalir ke sungai dan tidak ada cadangan air pada saat musim kemarau. Akibat dari kekeringan maka air bersih di daerah dataran rendah semakin mahal dan yang  pasti mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Dalam geografi hal tersebut adalah sebagai contoh dari konsep keterkaian ruangan.
Saran :
            Bagi Pemerintah :
1.      Membuat peraturan tentang tata wilayah kawasan wisata yang berorientasi terhadap lingkungan hidup.
2.      Membuat lahan khusus untuk area penanaman pohon sebagai penyerap air hujan dan penghasil oksigen.
3.      Melakukan reboisasi dan penghijauan di area hutan dan area wisata.

Bagi Pengelola usaha

1.      Di harapkan bagi pengelola wisata untuk tidak menebang pohon yang besar  dan menancapkan paku agar pohon tersebut terlihat lebih alami dan tidak mengganggu pertumbuhan pohon.
2.      Di harapkan bagi pengelola wisata menghiasi pohon-pohon besar dengan aneka lampu hias agar pengunjung senang dan tidak merusak pepohonan.
Bagi Warga Sekitar Tempat Wisata
1.      Menanam tanaman dengan menggunakan metode polikultur.
2.      Menanam pohon pinus atau pohon lain di sela-sela area perkebunan yang kosong.
3.      Menanam pohon di pinggiran jalan karena di pinggir jalan rawan getaran sehingga menguraangi resiko longsor.

DAFTAR PUSTAKA

S, Hery, 2012. “AC Alam” di Batu Semoga Tidak Menjadi Kenangan. Online, (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/05/06/%E2%80%9Cac-alam%E2%80%9D-di-batu-semoga-tidak-menjadi-kenangan/, diakses 10 November 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar