KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena pada akhirnya kami bisa menyelesaikan laporan karya
ilmiah ini.
Laporan ini disusun berdasarkan
perintah guru kimia kelas XI mengenai pembuatan produk system koloid (sabun
cair / hand wash). Diharapkan dengan adanya laporan karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa laporan karya
ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan. Terimakasih.
PENYUSUN
09 JUNI 2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG..................................................................................................
1
1.2. RUMUSAN
MASALAH..............................................................................................
1
1.3. TUJUAN
PENELITIAN..............................................................................................
1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM
KOLOID............................................................................................................
2.2. JENIS-JENIS
KOLOID...................................................................................................
2.3. SIFAT-SIFAT
KOLOID...................................................................................................
2.4. PROSES PEMBUATAN
KOLOID..................................................................................
2.5. KOMPONEN DALAM SISTEM
KOLOID.....................................................................
2.6. PENGERTIAN, SEJARAH, DAN
MANFAAT SABUN.................................................
2.7. DAMPAK NEGATIF DARI SABUN
KIMIA..................................................................
2.8. HUBUNGAN ANTARA SISTEM
KOLOID DENGAN SABUN....................................
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1. ALAT DAN
BAHAN........................................................................................................
3.2. LANGKAH
KERJA.........................................................................................................
3.3.
PEMBAHASAN................................................................................................................
3.4. KEKURANGAN
SABUN.................................................................................................
3.5. FUNGSI DARI MASING-MASING
BAHAN..................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1. SARAN..............................................................................................................................
4.2.
KESIMPULAN.................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mengingat banyaknya sabun dengan kandungan
zat kimia yang berlebih, sehingga fungsi sabun kurang baik dalam menjaga
kesehatan dan kebersihan, hal ini dilihat dari banyaknya keluhan para pengguna
sabun yang merasakan dampak buruk pada sabun-sabun yang pembuatannya mengandung
banyak bahan kimia dan hal ini juga disebabkan karena kebanyakan sesorang
kurang sadar akan kelebihan dari bahan-bahan alami yang memiliki khasiat lebih
baik dari bahan-bahan kimia.
Dalam hal ini kami ingin membuat sabun yang
bersifat lebih alami dengan memunculkan bahan-bahan tradisional dan dalam
pembuatan sabun ini juga dibutuhkan penggunaan system koloid yang baik agar
terciptanya sabun yang baik dengan kualitas yang sangat baik.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?
2. Apa saja jenis-jenis sistem koloid?
3. Bagaimana sifat-sifat koloid?
4. Bagaimana proses pembuatan koloid?
5. Apa saja komponen sistem koloid?
6. Apa pengertian, sejarah, manfaat sabun?
7. Apa dampak dari sabun kimia?
8. Apa hubungan antara system koloid dengan
sabun?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui tentang sistem koloid
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem koloid
3. Unuk mengetahui sifat-sifat koloid
4. Unuk mengetahui proses pembuatan sistem
koloid
5. Untuk mengetahui komponen yang terdapat
dalam sistem koloid
6. Untuk memperdalam materi tentang sabun
7. Untuk mengetahui hubungan antara system
koloid dengan sabun
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM KOLOID
Koloid berasal dari bahasa Yunani
“kolia” yang artinya lem. Koloid pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham
(1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tapi
sulit terdisfusi.
Koloid atau dispersi koloid
(sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar
dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara
1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat
diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Secara umum perbedaan suspensi,
larutan dan koloid dapat dilihat pada tabel berikut.
Sistem koloid terdiri
atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi).
Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat
dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat
atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi
berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat
cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti
hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk
menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat
yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah
dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan
kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam
minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang
tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk
menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara
padat dan cair) disebut gel.
2.3. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala
penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini
disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang
terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel
koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak
beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan
partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang
disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan
dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam
proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
- koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap
kuman penyebab diare.
- Koloid Fe(OH)3 akan
mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan senama maka
koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid
tidak akan saling menggerombol.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk
menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair
yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid
dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan
untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan
partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat
terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami koagulasi dengan
cara:
• Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan
pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
• Kimia.
Dengan penambahan elektrolit
(asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup masam-masam.
2.4. PROSES PEMBUATAN KOLOID
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan
cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan partikel yang sangat kecil.
Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan
cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan
endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —>
AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi
suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat
dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —>
Al(OH)3(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk
dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au +
HCl + HCOOH
Emas formaldehid
d. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3
dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu
tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6
H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium
asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat
jenuh.
2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan
cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar
menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
a. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi
diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan menghaluskan butiran
besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling,
dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan
karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan
menghaluskan belerang bersama gulapada penggiling koloid, kemudian dilarutkan
dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara
peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion sejenis, sehingga
partikel endapan akan dipecah.
Contoh:
1. Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan
FeCl3.
2. Sol NiS dengan menambahkan H2S.
3. karet dipeptisasi oleh bensin.
4. agar-agar dipeptisasi oleh air.
5. endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
c. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara
busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang
dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel
koloid berupa debu di dalam air.
d. Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar
dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogen disebut larutan,
contoh: larutan gula dalam air. Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi
menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam
air.
2. Koloid, contoh: susu dengan
air.
2.5. KOMPONEN DALAM SISTEM KOLOID
1. Fase kontinyu : medium
pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium
terdispersi jumlahnya labih banyak.
2.6. PENGERTIAN, SEJARAH, DAN
MANFAAT SABUN
a) Pengertian
Sabun adalah surfaktan yang bersama air
berfungsi untuk mencuci dan membersihkan. Bentuknya ada yang padat tercetak
yang disebut sabun batangan ada juga yang berupa cairan.
b) Sejarah
Dalam sejarah pembuatan sabun, masing-masing negara memiliki sejarah
sendiri-sendiri serta teknik pembuatannya. Namun dari sekian banyak versi
penemuan, saya akan mengambil satu contoh penemuan sabun yang ditemukan oleh
bangsa Romawi Kuno.
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari
Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang
berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk
menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu.
Ketika hujan, sisa lemak dan abu
kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika
orang-orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut
berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun
dimulai.
a) Manfaat
• Pembasmi serangga
• Pembersih lantai kayu
• Pencuci pakaian
• Pembersih bahan kulit, dll.
2.7. DAMPAK NEGATIF DARI SABUN
KIMIA
• Iritasi pada kulit
• Muculnya beberapa penyakit kulit,
seperti panu dll.
2.8. HUBUNGAN ANTARA SISTEM
KOLOID DENGAN SABUN
Sabun adalah benda yang berfungsi
sebagai pembersih tubuh dimana didalam sabun terdapat system koloid yaitu sabun
mampu mengemulsi lemak (minyak), sehingga kulit mendapatkan kesan kesat,
didalam pembuatan sabun juga penggunaan system koloid sangat dibutuhkan, dimana
system koloid yang digunakan dalam pembuatan sabun yaitu system koloid jenis
emulsi, karena didalam pembuatannya terjadi pengemulsian texapon dengan air
melalui penambahan larutan garam. Dan dalam pembuatan system koloidnya melalui
cara kondensasi dengan reaksi penggantian pelarut, dan pada pembuatan sabun
cair (hand wash) ini memiliki sifat gerak Brow
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
• Mangkuk
• Sendok
• Corong
• Botol
• Panci
• Kompor
BAHAN :
• Texapon 250 lt
• Air dingin 240 ml
• Larutan garam 100ml
• Asam citrate 1bks
• Bibit parfume 10 ml
• Air
• Rempah-rempah alami
3.2. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Rebuslah rempah-rempah alami (kocoran)
dengan air menggunakan panci
3. Sementara rempah-rempah direbus, masukkan
3 sdm texapon kedalam mangkuk, kemudian masukkan 3 sdt larutan garam dan aduk
hingga merata
4. Setelah diaduk secara merata, tambahkan
air dingin Sebanyak 4 sdm hingga
tercampur dan tambahkan air dari rebusan rempah-rempah yang telah didinginkan
sebanyak 4 sdm dan aduk hingga tercampur
5. Setelah tercampur tambahkan asam citrate
sebanyak 6 sdm kemudian aduk kembali hingga tercampur
6. Tambahkan bibit parfume secukupnya
kemudian aduk kembali hingga merata
7. Masukkan kedalam botol dengan menggunakan
corong
3.3. PEMBAHASAN
Didalam pembuatan sabun ini kami
menemukan beberapa kesulitan, seperti:
• Mencampurkan texapon dengan air
• Membuat warna sabun menarik
• Membuat sabun dengan kekentalan yang
pas
• Membuat kesan kesat pada sabun
• Pada penggunaan bahan alami produk yang
dihasilkan tidak seperti produk dengan menggunakan bahan kimia
Kemudian dari beberapa kesulitan
itu, kami melakukan konsultasi kepada Ibu Kiki Fatkhiyani sebagai guru
pembimbing kami dan kami mendapatkan beberapa solusi dalam mengatasi kesulitan
yang kami hadapi, seperti:
• Memberikan zat asam pada sabun, agar
sabun mendapatkan kesan kesat
• Mengurangi kadar air dalam sabun agar
terciptanya sabun dengan kekentalan yang pas
Didalam percobaan ini dibutuhkan
kesabaran serta ketelitian dalam mencari komposisi sabun yang pas serta
menerapkan system koloid yang baik dan benar, sehingga didapatkan sabun yang
baik.
3.4. KEKURANGAN SABUN
• Kurangnya kesan kesat pada sabun
• Masih tersisanya kandungan buih pada
sabun setelah menggunakan sabun
• Belum terciptanya kekentalan yang pas
3.5. FUNGSI DARI MASING-MASING
BAHAN
• Texapon
Berfungsi untuk menghasilkan buih pada sabun
• Asam citrate
Berfungsi untuk menghasilkan
kesan kesat pada sabun
• Rempah-rempah alami (kocoran)
Berfungsi untuk memberikan warna
pada sabun dan melembabkan kulit
• Air dingin dan larutan garam
Berfungsi dalam proses
pencampuran texapon dengan air dingin agar dapat tercampur secara merata dan
mengental
• Bibit parfume
Berfungsi sebagai memberikan
aroma pada sabun
BAB IV
PENUTUP
4.1. SARAN
• dalam pembuatan sabun kita harus sabar
dalam menentukan komposisi yang pas sehingga tercipta sabun yang sesuai
keinginan.
• Kita harus menentukan bahan-bahan yang
pas pada sabun sehingga sabun dapat memberikan khasiat yang maksimal.
4.2. KESIMPULAN
• Dari percobaan yang telah dilakukan,
kami dapat mengetahui cara pembuatan sabun cair walaupun dengan hasil yang
kurang maksimal.
• Dalam pembuatan sabun, larutan garam
dan air dingin mempengaruhi kekentalan pada sabun cair.
• Asam citrate pada sabun dapat
digunakan sebagai penetral dan pemberi kesan kesat pada sabun.
• Pemilihan bahan pada pembuatan sabun
dapat memepengaruhi kualitas serta khasiat dari sabun itu sendiri.
• dari hasil percobaan, kami
menyimpulkan bahwa sabun termasuk emulsi dan mempunyai sifat gerak Brown serta
dalam pembuatan system koloidnya melalui cara kondensasi yaitu melalui reaksi
penggantian pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
http://ezyrizki.blogspot.com/2012/09/makalah-koloid-kelas-xi-smama.html
http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/10/31/definisi-saponifikasi-dan-sejarah-singkat-pembuatan-sabun/
http://www.google.com/gwt/x?hl=en&u=http://ciricara.com/2012/12/03/8-manfaat-sabun-dalam-kehidupan/&q=manfaat+sabun&sa=X&ei=FlKAUZCmEOG3iQeT-4H4AQ&ved=0CBwQFjAA
Utami,Budi dkk.2009.KIMIA Untuk
SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.Bandung:BNSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar