Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Sejara Seni Rupa Indonesia ”.
Makalah ini berisikan tentang
informasi Pengertian seni rupa, ciri-ciri, unsur, serta fungsi dan tujuan seni.
serta membahas seni rupa.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin ya robbal `alamin
penyusun
10 juni 2015
Seni Rupa Tradisional Indonesia
1. Seni Rupa Prasejarah
Seni rupa adalah cabang seni yang
membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap oleh mata dan dirasakan
dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang,
bentuk, volulme, warna, tekstur dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni
rupa dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni Seni rupa murni, seni rupa kriya dan
seni rupa design.
Seni rupa murni meliputi seni
lukis, grafis, patung, instalasi, pertunjukan, keramik, film, koreografi dan
fotografi. Seni rupa design kriya meliputi seni arsitektur, design grafis,
design interior, design busana dan design produk. Sedangkan seni rupa kriya
meliputi tekstil, kayu, keramik dan rotan.
Sifat – Sifat Umum Seni Rupa
Indonesia
a. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris
mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun
temurun
b. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim.
Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan
dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
c. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa
daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan
bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam
d. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia
yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan
e. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli
yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan
/ simbolisme
A. Perkembangan Seni Rupa Di Indonesia
1. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory)
adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia.
Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan
oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan
dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat
simbolisme).
Jaman prasejarah Indonesia
terbagi atas:
a. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi:
jaman batu tua (Paleolitikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu
muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam
disebut jaman megalithikum (Batu Besararkofaq), meja batu dll.
Ø
Seni Rupa Zaman Poleolitikum( Batu Tua )
Karya peninggalanya :
- Kapak gengam ( chopper )
- Batu berwarna ( Chalcedon )
- Lukisan tangan dan babi
Ø
Seni Rupa Zaman Meseolitikum (Batu tengah)
Karya peninggalannya :
- Mata panah
- Batu penggiling
- Kapak batu
Ø
Seni Rupa Zaman Neolitikum (Batu Muda/Dasar Kebudayaan Bangsa Indonesia)
Karya peninggalannya :
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Gelang
- Kalung
- Cincin dari batu berwarna
- Tembikar ( pengaruh masuknya
bangsa cina ke Indonesia)
Ø
Seni Rupa Zaman Megalitikum( Batu Besar )
Karya peninggalannya :
- Menhir-
- Dolmen Kubur batu
- Keranda batu
(sarcopagus)
-Punden berundak
- Arca batu
b. Seni Rupa Jaman Logam
Zaman logam di Indonesia dimulai
sejak tahun 500 SM, yaitu sejak kebudayaan indo-cina masuk ke Indonesia.
Kebudayaan logam di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu.disebut zaman
perunggu karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu
seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut
dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
- Bivalve ialah teknik mengecor
yang bisaa di ualng berulang
- Acire Perdue ialah teknim
mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
B. Seni Rupa Hindu Budha
Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia
membawa pengaruh yang kuat bagi susunan masyarakatnya. Agama tersebut lahir
ratusan tahun yang sebelum masehi. Ajaran Hindu-Buddha mengajarkan etika hidup
layaknua menjadi seorang yang suci yang lepas dari hawa nafsu keduniawian.
Agama ini hanya berkembang di negara-negara Asia. Di negara-negara Eropa maupun
Amerika agama ini kurang pengaruh bagi masyarakat. Di Indonesia agama inilah
yang menjadi pelopor terbentuknya kerajaan tua. Kerajaan tua yang dipengaruhi
oleh ajaran Hindu-Buddha adalah Kutai, Tarumanegara,Kalingga, Sriwijaya,
Mataram Jawa Tengah, Kahuripan, Kediri, Singosari, Majapahit, Sunda dan Bali.
Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha
Terhadap Masyarakat di Indonesia
Kebudayaan Hindu-Buddha yang
dibawa oleh orang-orang India lambat laun diadopso oleh masyarakat Indonesia.
Sudah barang tentu kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat Indonesia
secara umum. Sebelum datangnya orang India Indonesia sebenarnya juga memiliki
kebudayaan asli yang berkembang dan tumbuh di kalangan masyarakat. Datangnya
orang-orang India ke Indonesia menyebabkan bertemunya dua kebudayaan yang
berlatar belakang berbeda. Pertemuan inilah yang disebut dengan akulturasi
budaya, yaitu bertemunya dua kenudayaan yang kemudian menjadi budaya baru yang
dipengaruhi oleh kedua budaya yang bertemu. Bertemunya dua kebudayaan ini
menghasilkan unsur-unsur kebudayaan baru yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
Tetapi pada kenyataannya unsur kebudayaan India lebih mendominasi dari proses
akulturasi budaya akibatnya masyarakat Indonesia mulai terpengaruh dengan
kebudayaan India dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun hasil akulturasi
tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal.
a. Bangunan Candi
Bangunan candi sering ditemukan
di daerah Jawa. Bangunan ini digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan
peribadahan. Candi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua banginan
peninggalan di Indonesia, terutama di Jawa tengah dan Jawa Timur, yang
dipengaruhi oleh arsitektur Hindu-Buddha. Dalam agama Hindu, candi adalah
dijadikan sebagai semacam pemujaan dewa belaka. Oleh karena itu, dalam candi
Buddha di dalamnya tidak terdapat peti pripih dan arcanya tidak mewujudkan
seorang raja.
b. Seni Rupa
Seni rupa adalah suatu hasil
cipta karya manusia yang bertujuan untuk menghibur masyarakat. Di Indoneisa ada
banyak seni yang berkembang, diantaranya adalah seni rupa, seni tari, dan seni
teater. Tetapi seni yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha adalah seni
rupa Hindu-Buddha ditampilkan baik secara antropomorfik(pengenaan ciri-ciri
manusia pada binatang, tumbuhan, atau benda mati) maupun non-antropomorfik.
Motif yang paling umum digunakan adalah “teratai” atau padma, yang banyak
dijumpai pada seni patung Hindu-Buddha.
c. Seni Patung
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha
juga terlihat dari seni patung yang terdapat di Indonesia. Peninggalan patung
di Indonesia mencerminkan ajaran dari Hindu-Buddha. Peninggalan patung banyak
dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masa ini, pembuatan patung
dikaitkan dengan candi. Jadi, patung-patung tersebut digunakan untuk melakukan
pemujaan dan mengabdi pada agama Hindu-Buddha.
d. Seni Sastra
Seni sastra adalah seni yang
menjadi mendia hiburan bagi masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Banyak
pengaruh ajaran Hindu-Buddha yang mempengaruhi karya sastra Indonesia.
Dalam seni rupa contoh wujud
akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar
timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/ceritayang
berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
relief dari candi Borobudur yang
menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang,
hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup
Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi
Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu
seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun
candi Panataran
Kesenian klasik merupakan puncak
perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg).
Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1)
Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2)
merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia
lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa
dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada
bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan
kuno di Yunani dan Romawi
Rembesan Seni Rupa Masa
Hindu-Budha
Seni rupa pada masa Hindu-Budha
berkembang pesat. Seni rupa pada zaman ini mendapat pengaruh kuat dari India.
Setidaknya ada beberapa ciri dari seni rupa pada masa ini. Pertama adalah
bersifat feodal, yaitu kesenian ini hanya berpusat di istana sebagai media
pengabdian raja atau pengkultusan raja. Kedua, bersifat sakral yang artinya
kesenian sebagai alat untuk upacara agama. Ketiga, bersifat konvensional, yaitu
kesenian tersebut bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum dan agama.
Seni rupa dari masa ini terdapat
dalam bangunan-bangunan seperti candi, patung-patung dewa atau raja, dan
hiasan-hiasan, relief atau ornamen. Ciri bangunannya adalah atapnya yang
meninggi seperti kerucut. Terlihat dari bangunan candi yang semakin ke atas
bentuk bangunannya semakin mengerucut. Pola ini mencirikan bahwa semakin ke
atas, tingkatan tertentu ditempati oleh sebagian kecil orang-orang suci. Konsep
ini sesuai dengan kepercayaan agama Hindu-Budha yang mengenal konsep Moksa, dan
Nirwana.
Menurut Onghokham, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan kesenian. Pertama, ungkapan kesenian
tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan alam pikiran penduduk setempat
mengenai soal-soal spiritual seperti magis, agama, mistik dan sebagainya.
Kedua, seni sangat dipengaruhi oleh organisasi sosial atau politik dari
masyarakat tersebut dalam berbagai versinya. Terakhir, pengaruh luar yang
mempengaruhinya. Seni rupa dari masa Hindu-Budha pun tentunya mempengaruhi
perkembangan seni rupa di Indonesia.
Pengaruh seni rupa masa
Hindu-Budha terlihat pada masa sesudahnya, yatu masa Islam. Pada masa Islam,
bangunan-bangunan ibadah merupakan bangunan yang banyak mengambil filosofi
bangunan masa sebelumnya. Seperti mesjid Demak yang memiliki kubah yang
arsitekturnya berundak. Konsep berundak ini terdapat seperti pada candi-candi.
Juga makam-makam Islam. Dibuatnya nisan dan makam yang di atasnya didirikan
bangunan (astana) merupakan konsep perupaan yang terpengaruh dari masa
Hindu-Budha.
C. Seni Rupa Islam
Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia
sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka
menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing,
maka timbul akulturasi kebudayaan.
Seni rupa Islam juga dikembangkan
oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa
(Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para
walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya
da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
D. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang
bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni
prasejarah dan seni Hindu Budha)
Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
Ø Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian
atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan
Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
Ø Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai
tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya.
Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding
keliling dan parit pertahanan.
Ø Makam
Arsitektur makam orang muslimin di
Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni
prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh
hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala
makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap
sungkup
b. Seni Kaligrafi
Agama Islam masuk ke Indonesia abad
VII Masehi yang dibawa oleh para saudagar Arab yang datang pertama kali di
Indonesia lewat pesisir utara Sumatera. Dari sinilah terbentuk cikal bakal
komunitas muslim yang ditengarai dengan pendirian Kerajaan Islam pertama di
Aceh. Selanjutnya hampir semua corak seni budaya masyarakat Arab mempengaruhi
budaya Indonesia, yang mencakup semua aspek bentuk kesenian, seni suara, musik,
sastra, lukis, arca, tari, drama, arsitektur dan lain-lain. Seni kaligrafi
menduduki posisi yang amat penting. Seni kaligrafi merupakan bentuk seni / budaya
Islam yang pertama ditemukan di Indonesia dan menjadi aset budaya Islam
terdepan hingga kini. Kaligrafi Islam dibedakan menjadi dua yaitu tulisan dan
lukisan.
Lukisan kaligrafi terbagi menjadi
dua yaitu murni dan bebas, yang pertama i menggunakan bentuk huruf baku
biasanya dibuat oleh lulusan pondok pesantren, sedangkan yang kedua tidak
menggunakan huruf baku yang dikerjakan oleh seniman akademik. Aneka bentuk
lukisan kaligrafi mengandung dua elemen, fisioplastis dan ideoplastis. Elemen
fisioplastis berupa penerapan estetis menyangkut unsur-unsur rupa, bentuk,
garis, warna, ruang, cahaya dan volume. Elemen ideoplastis meliputi semua
masalah langsung/tidak yang berhubungan erat dengan isi atau cita perbahasaan
bentuk.
Diangkatnya kaligrafi sebagai tema
sentral dalam melukis, menjadi sejarah penting terbentuknya lukisan kaligrafi
Indonesia. Lukisan kaligrafi sangat diperhitungkan dalam kancah seni rupa
Indonesia ketika muncul pendalaman-pendalaman spiritual, penghayatan, perenungan
yang mengarah ke kedalaman kemanusiaan dan keTuhanan. Sadali dan AD Pirous
layak dicatat sebagai pelopor lukisan kaligrafi Islam Indonesia tahun 1960-an.
Selanjutnya seni lukis kaligrafi berkembang pesat dengan tokoh seni Amri Yahya
di Yogya, yang menggunakan medium batik, di Surabaya Amang Rahman menciptakan
surealisme dengan mengambil kekuatan kaligrafi Islam.
Momentum penting pameran seni
rupa (seni lukis kaligrafi Islam) mulai marak di dalam maupun di luar negeri,
antara lain pada tahun 1975 pameran lukisan kaligrafi pertama pada MTQ Nasional
XI di Semarang, pameran pada Muktamar pertama media masa Islam sedunia tahun
1980 di senayan Jakarta, pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981,
kemudian pada pameran kaligrafi Islam Balai Budaya Jakarta tahun Hijriyah 1405
(1984), disusul pada MTQ XVI di Yogyakarta tahun 1991. Sambutan masyarakat yang
mayoritas Islam terhadap pameran-pameran itu tak diragukan. Momentum penting
lainnya ketika diselenggarakan festifal Istiglal I (1991) dan II (1995) dengan
tema utama seni lukis kaligrafi Islam, yang melibatkan para perupa di antaranya
AD. Pirous, Amri Yahya, Hendra Buana, Salamun Kaulam, dan Syaiful Adnan. Mereka
menampilkan aneka bentuk, gaya dan ragamnya dari tulisan hingga lukisan, dari
ekspresi hingga transendensi illahi
Seni kaligrafi atau seni khat
adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab.
Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an.
Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1. Kaligrafi terapan berfungsi sebagai
dekorasi / hiasan
2. Kaligrafi piktural berfungsi sebagai
pembentuk gambar
3. Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai
media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari
penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan
stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh –
tumbuhan.
II. Seni Rupa Modern Indonnesia
Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa
Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh
kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
a. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh
Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian
di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya.
Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern.
b. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek
(1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya
sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R.
Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah
/ teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan
Wahid Somantri
c. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar
Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta
dan sekretarisnya S. Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto
Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia). PERSAGI
bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif
dan berkepribadan Indonesia
d. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman
Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para
seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian
pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga
Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur
e. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak
teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya: Sanggar seni rupa masyarakat
di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S.
Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya
Surakarta (HBS) dll.
f. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui
Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta
berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI
(Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian
di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni
Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga
Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP
Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA.
g. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman
Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S.
Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.
Contoh Seniman :
-
Raden Saleh Syarif Bustaman
- Mooi Indi
- Persagi
- Affandi
- Ahmad Sadali
B. Ciri-ciri dan Unsur Modernisme (Desain dan
Seni Rupa)
1. Ciri-ciri seni modern (Desain dan Seni
Rupa)
- Minimalis
- Rasionalitas/Rationality
- Dominant bentuk-bentuk geometris
- Tidak ada unsur ornament
- Univeesal
- Fungsionalitas diprioritaskan
- Orisinalitas/kemurnian/purity
- Penguatan dalam konsep
- Kreativitas
- Memutus hubungan dengan sejarah
2. Unsur-unsur Modernisme
- Eksperimen
- Pembaruan (Inovation)
- Kebaruan (Novelty)
- Orisinalitas
C. Fungsi dan Tujuan Seni Modern
1. Memberi warna baru terhadap kebutuhan
manusia baik secara fisik maupun psikis
- Fisik :
Munculnya bentuk-bentuk desain
arsitektur yang baru dan desain-desain lainnya seperti alat-alat transportasi, fashion dll
- Psikis:
Mengurangi kejenuhan penikmat
karya seni, karena muncul berbagai aliran baru
seperti pada seni lukis dan cabang seni lainnya.
2. Meningkatkan popularitas para seniman,
karena seni modern selalu menyertakan
nama
senimannya pada setiap karya yang
diciptakan
3. Memberikan kemudahan masyarakat, karena
banyak penemuan-penemuan baru dari
hasil eksperimen para seniman modern.
Seniman seni rupa modern
Indonesia
1. Raden Saleh (1807 – 1880).
Nama lengkap Raden Saleh yaitu
Raden Saleh Syarif Bustaman. Beliau merupakan salah satu seniman modern Indonesia, seni rupa karyanya
adalah berupa lukisan. Beliau pernah belajar seni lukis di Belanda. Melihat
lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Raden Saleh merupakan
seorang pelukis muda yangdapat menguasai
teknik dan menangkap watak seni lukis Barat. Oleh karena itu , melihat lukisan
Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Lukisan-lukisannya yang dibuat
Raden Saleh menampilkan ekspresi, ini
adalah bukti bahwa Raden Salehadalah seorang romantisis.
Lukisan Raden Saleh yang berjudul
“Badai” ini merupakan ungkapan khas karya yang beraliran Romatisme. Dalam
aliran ini seniman sebenarnya ingin mengungkapkan gejolak jiwanya yang
terombang-ambing antara keinginan menghayati dan menyatakan dunia (imajinasi)
ideal dan dunia nyata yang rumit dan terpecah-pecah. Dari petualangan
penghayatan itu, seniman cenderung mengungkapkan hal-hal yang dramatis,
emosional, misterius, dan imajiner. Namun demikian para seniman romantisme
sering kali berkarya berdasarkan pada kenyataan aktual.
Dalam lukisan “Badai” ini, dapat
dilihat bagaimana Raden Saleh mengungkapkan perjuangan yang dramatis dua buah
kapal dalam hempasan badai dahsyat di tengah lautan. Suasana tampak lebih
menekan oleh kegelapan awan tebal dan terkaman ombak-ombak tinggi yang
menghancurkan salah satu kapal. Dari sudut atas secercah sinar matahari yang
memantul ke gulungan ombak, lebih memberikan tekanan suasana yang dramatis.
Walaupun Raden Saleh berada dalam
bingkai romantisisme, tetapi tema-tema lukisannya kaya variasi, dramatis dan
mempunyai élan vital yang tinggi. Karya-karya Raden Saleh tidak hanya sebatas
pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan binatang yang bergulat
dalam tragedi. Sebagai contoh adalah lukisan “Een Boschbrand” (Kebakaran Hutan),
dan “Een Overstrooming op Java” (Banjir di Jawa), “Een Jagt op Java” (Berburu
di Jawa) atau pada “Gevangenneming van Diponegoro” (Penangkapan Diponegoro).
Walaupun Raden Saleh belum sadar berjuang menciptakan seni lukis Indonesia,
tetapi dorongan hidup yang diungkapkan tema-temanya sangat inspiratif bagi
seluruh lapisan masyarakat, lebih-lebih kaum terpelajar pribumi yang sedang
bangkit nasionalismenya.
Noto Soeroto dalam tulisannya “Bi
het100” Geboortejaar van Raden Saleh(Peringatan ke 100 tahun kelahiran Raden
Saleh), tahu 1913, mengungkapkan bahwa dalam masa kebangkitan nasional, orang
Jawa didorong untuk mengerahkan kemampuannya sendiri. Akan tetapi, titik terang
dalam bidang kebudayaan (kesenian) tak banyak dijumpai. Untuk itu, keberhasilan
Raden Saleh diharapkan dapat membangkitkan perhatian orang Jawa pada kesenian
nasional.
2. Mooi Indie
Seni Lukis Masa Mooi Indie (
Hindia Molek)
Penjelasan seni lukis karya Mooi
Indie diatas :
A. Pengertian :
Mazhab atau cara pandang kolonialisme
Belanda atas negeri jajahannya
yaitu Hindia Belanda ( Indonesia
) yang diasumsikan sebagai alam pedesaan
yang damai, adem ayem dan
harmonis.
B. Latar Belakang.
1. Munculnya usaha dari
pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk
menciptakan Hindia Belanda yang
adem ayem tanpa pemberontakan.
2. Adanya pengaruh penelitian
Wallace yang mengatakan nusantara adalah
negeri yang tidak cepat berubah.
3. Ketertarikan seniman-seniman
eropa pada keindahan alam Indonesia.
4. Adanya usaha dari pemerintah
Hindia Belanda dan pelukis-pelukis asing
untuk mengeksploitasi keindahan
alam nusantara untuk dijual kepada para
turis.
C. Tema Seni Lukis Mooi Indie
1. Lanskap / Pemandangan Alam.
D. Ciri-ciri Seni Lukis Mooi Indie
1. Objek lukisan didominasi oleh
unsur gunung, sawah, dan pepohonan, kadang
juga air.
2. Cahaya dan warna-warni alam
dilukis / digambarkan semirip aslinya.
3. Suasana keindahan alam
dilebih-lebihkan.
E. Tokoh-tokoh Pelukis Mooi Indie
1. A AJ Payen.
2. Arie Smith.
3. Raden Saleh
4. Van Dick.
5. R. Abdullah Suryosubroto
6. Mas Pirngadi.
7. Wakidi.
F. Pengaruh Mooi Indie
1. Melahirkan seniman-seniman
bercorak naturalis dan realis, seperti :
a. R. Basuki Abdullah
b. RM Sayid
2. Melahirkan corak lukisan
Sokaraja Banyumas.
3. Memperkaya corak seni lukis
Bali.
4. Menimbulkan penentangan
terhadap Mooi Indie yang di pelopori oleh
S.Sudjojono yang pada akhirnya
melahirkan PERSAGI ( Persatuan Ahli gambar
Indonesia ).
3. PERSAGI
Masa Cita Nasional Bangkitanya
kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S.
Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan
Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi
lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak
modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan
kepribadian Indonesia yang sebenarnya.Karya-karya seni lukis masa PERSAGI
antara lain :
a.) Agus Djajasumita : Barata Yudha,
Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
b.) S. Sudjojono: Djongkatan,
Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
c.) Otto Djaya: Penggodaan, Wanita
Impian
Hasil karya mereka mencerminkan :
d.) Mementingkan nilai-nilai
psikologis;
e.) Tema perjuangan rakyat ;
f.) Tidak terikat kepada obyek
alam yang nyata;
g.) Memiliki kepribadian Indonesia
;
h.) Didasari oleh semangat dan
keberanian;
1. Affandi
Affandi dilahirkan di Cirebon
pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di
Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki
pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh
pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang
hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.
Namun, bakat seni lukisnya yang
sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah
menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.
Semasa hidupnya, ia telah
menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke
berbagai negara di dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu
memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris
Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya,
lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat
itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa
yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Dalam perjalanannya berkarya,
pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974,
ini dikenal sebagai seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau
abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain
terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa
penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya
tariknya.
Kesederhanaan cara berpikirnya
terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat
menanyakan konsep dan teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan
Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme.
Kopi dari lukisan diri yang
dibuat oleh pelukis Affandi sendiri.
Saat ini, terdapat sekitar
1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya
Affandi. Lukisan-lukisan Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif
yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga
tidak dijual.
Sedangkan galeri II adalah
lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal
seperti Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli,Fajar Sidik, dan
lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.
Di dalam galeri III yang selesai
dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi
yang dibuat pada tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus
Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus
Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali
Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan
lain-lain. Ada pula lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.
2. Achmad Sadali (1924 -1987)
Dilahirkan di Garut Wetan, 29
Juli 1924. Ia menempuh pendidikan seni rupa di ITB, di bawah bimbingan Ries
Mulder. Ia kemudian memperoleh beasiswa dari Rockefeller Foundation untuk
belajar ke Amerika Serikat.
Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan
Emas”, 1980 ini merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian Nilai
religius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar